Dosen IPB University Paparkan Strategi Pengembangan Silvo-Fisheries Kepiting Bakau di Ujung Pangkah

BOGOR – Sebagai bagian integral dari pengabdian masyarakat, Prof. Sulistiono dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, menyampaikan pemaparan mendalam tentang pengembangan Silvo-Fisheries kepiting bakau di Desa Pangkah Wetan, Kec. Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Kegiatan sosialisasi ini diinisiasi melalui Program Dospulkam IPB University, menitikberatkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir berwawasan lingkungan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini digelar melalui Program Dospulkam IPB University yang dipimpin langsung oleh Prof. Sulistiono bersama tim beranggotakan Dr. Thomas Nugroho, Dudi Wildan, M.Si., dan Firsta Kusuma Yudha, M.Si.

Kepiting bakau (Scylla spp) terus menanjak menjadi komoditas perikanan bernilai di Indonesia. Permintaannya meningkat baik di pasar domestik maupun internasional. Data Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (2023) menunjukkan China sebagai produsen utama dunia (24,3%), diikuti Vietnam, Filipina, dan Indonesia.

Mayoritas kepiting bakau yang beredar masih berasal dari tangkapan alam yang tidak terkendali, berisiko menurunkan populasi secara drastis. Penangkapan kepiting betina siap reproduksi dan kepiting berukuran kecil (15-20 ekor/kg) yang seharusnya dibiarkan tumbuh, menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan stok. Degradasi ekosistem mangrove sebagai habitat utama dan tempat pengasuhan kepiting bakau turut memperparah kondisi ini, merusak habitat alami Scylla serrata yang bernilai ekologis dan ekonomis tinggi.

Menyikapi hal tersebut, Prof. Sulistiono memperkenalkan konsep silvofishery sebagai solusi terpadu. Silvofishery adalah model pengelolaan sumberdaya pesisir yang cerdas, mengintegrasikan konservasi mangrove (sylvo) dengan budidaya perikanan (fishery) tanpa perlu mengkonversi lahan mangrove yang vital. Konsep “wana mina” ini diyakini mampu meningkatkan nilai ekonomi kawasan sekaligus menjaga fungsi ekologisnya yang krusial.

Desa Pangkah Wetan, Ujung Pangkah, Gresik, dipilih sebagai lokasi percontohan karena potensi perikanannya yang melimpah dan hamparan mangrove luas yang juga menjadi tujuan wisata. Tujuan program ini jelas yaitu meningkatkan keterampilan masyarakat pesisir setempat dalam membudidayakan kepiting bakau secara silvofishery. Diharapkan, masyarakat yang aktif menjaga mangrove dapat langsung menikmati manfaat ekonomi dari upaya konservasi yang mereka lakukan.

Implementasi teknisnya melibatkan pembuatan petak budidaya di kawasan mangrove menggunakan pagar jaring trawl berukuran 30x30x2 m³ yang ditopang bambu. Bibit kepiting bakau berukuran 50-110 gram/ekor ditebar secara bertahap pada sore hari untuk adaptasi. Pakan berupa kombinasi ikan rucah, wideng, dan pelet khusus kepiting produksi FPIK IPB diberikan tiga kali sehari (dengan porsi terbanyak sore hari), sebanyak 10% dari bobot total kepiting. Pertumbuhan dipantau rutin melalui pengukuran lebar dan berat sampel setiap bulan.

Kegiatan berlangsung dalam tiga tahap kunci: pertama, pelatihan Intensif selama 3 hari yang mencakup enam materi pokok, mulai dari kondisi wilayah, ekobiologi kepiting, hingga teknis silvofishery; kedua, pembangunan Fisik Silvofishery secara gotong royong, dimulai dari satu petak percontohan; dan ketiga, pendampingan Lanjutan via daring selama minimal satu siklus budidaya (3 bulan), dengan opsi perpanjangan. Pelatihan dilaksanakan di Balai Desa Pangkah Wetan pada 23-24 Mei 2025, dihadiri Kepala Desa dan kelompok nelayan.

Dukungan sarana prasarana disalurkan langsung kepada kelompok nelayan, mencakup jaring trawl, bambu (20 batang), tali tambang, bubu (perangkap kawat-jaring) sebanyak 50 unit, serta pakan kepiting produksi IPB. Bantuan konkret ini diharapkan memacu semangat dan kapasitas masyarakat dalam mempraktikkan ilmu yang diperoleh.

Melalui pendekatan silvofishery, budidaya kepiting bakau diharapkan mampu menghasilkan kepiting ukuran konsumsi yang diminati pasar dalam waktu 2-3 bulan pemeliharaan. Data pertumbuhan yang diperoleh dari kegiatan percontohan ini akan menjadi acuan berharga untuk manajemen produksi skala lebih luas di masa depan.

Program Dospulkam IPB University melalui Prof. Sulistiono ini tidak hanya menawarkan solusi atas penurunan populasi kepiting bakau, tetapi juga menjadi model pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir yang berkelanjutan. Kolaborasi antara akademisi, pemerintah desa, dan kelompok nelayan di Desa Pangkah Wetan menjadi fondasi kuat menuju pengelolaan sumberdaya pesisir Ujung Pangkah yang lestari dan sejahtera.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *