Dosen IPB University Sosialisasikan Kondisi Budidaya Kepiting dan Kaitannya Dengan Pakan Buatan Alternatif

Bogor – Program Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) IPB University, Dudi M Wildan, M.Si., melakukan sosialisasi penting terkait kondisi budidaya kepiting bakau di Desa Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur, dengan fokus pada solusi pakan buatan alternatif. Desa pesisir yang dikenal sebagai sentra budidaya ini menggantungkan ekonominya pada sistem tambak tradisional pasang-surut, namun menghadapi tantangan ketergantungan pada pakan alami seperti ikan rucah dan limbah perikanan yang fluktuatif ketersediaannya, terutama saat paceklik atau terjadi perubahan ekosistem mangrove.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini digagas oleh tim Dospulkam IPB University yang dipimpin Prof. Sulistiono, beranggotakan Dr. Thomas Nugroho, Dudi Wildan, M.Si., dan Firsta Kusuma Yudha, M.Si. Mereka hadir untuk menjawab permasalahan utama petambak yaitu minimnya penggunaan pakan buatan akibat kurangnya informasi mengenai manfaat dan cara pembuatannya. Sebagai solusi konkret, tim Dospulkam memberikan pelatihan pembuatan sekaligus membagikan pakan buatan secara gratis kepada masyarakat. Penggunaan pakan buatan ini diharapkan mampu meningkatkan produksi kepiting secara signifikan, mengatasi ketidakstabilan pasokan pakan alami yang selama ini menjadi kendala.

Pakan buatan berbentuk pelet dengan kandungan protein 30-35% yang diperkenalkan tim IPB University menawarkan beberapa keunggulan krusial. Selain komposisi gizinya yang disesuaikan, pakan ini memiliki daya tahan air sehingga tidak mudah hancur di dalam tambak dan tidak mencemari kualitas air. Dari uji coba, kepiting yang diberi pakan buatan menunjukkan waktu panen lebih cepat (20 hari) dibandingkan pakan alami (25 hari), meskipun perkembangan cangkang pada pakan alami terlihat lebih optimal. Pakan buatan juga menjamin konsistensi nutrisi, terutama kalsium untuk pembentukan cangkang. Pola kombinasi 60% pakan alami dan 40% pakan buatan mulai diadopsi untuk memadukan keunggulan keduanya.

Tim IPB University memperkenalkan pendekatan terintegrasi, yakni menggabungkan pakan buatan presisi dengan sistem silvofishery (budidaya ikan/udang/kepiting terintegrasi dengan ekosistem mangrove). Sinergi ini menciptakan solusi multidimensi. Pakan buatan diformulasikan sesuai fase pertumbuhan kepiting – protein tinggi (30-35%) dari tepung ikan/kedelai untuk fase juvenil guna mendukung eksoskeleton dan otot, serta diperkaya omega-3 (EPA/DHA) pada fase matang untuk akumulasi energi hepatopankreas yang vital saat molting. Sistem ini menghasilkan Feed Conversion Ratio (FCR) yang jauh lebih efisien (2.1-2.3) dibanding metode tradisional (FCR 3.5+).

Di sisi ekologis, ekosistem mangrove dalam silvofishery berfungsi sebagai “dapur nutrisi” alami. Detritus daun (40-60% karbon organik), biofilm mikroalga kaya asam amino, invertebrata penghasil mineral, dan zooplankton menyediakan pakan tambahan alami. Terjadi simbiosis mutualisme: pakan buatan melengkapi defisit nutrisi (misalnya metionin), enzim selulase dari mangrove membantu pencernaan, dan akar bakau menyerap amonia menjaga kualitas air. Integrasi ini bukan hanya percepat pertumbuhan 15-20% dan hasil panen 400-500 gram/ekor dalam 5-6 bulan, tetapi juga menyumbang penyerapan karbon 4-6 ton CO₂/ha/tahun.

Analisis usaha yang disampaikan tim menunjukkan perbandingan mencolok antara metode silvofishery + pakan buatan versus non-silvofishery + pakan alami. Meski biaya pakan per kg lebih tinggi (Rp 40.000 vs Rp 10.000), efisiensi FCR (1:3 vs 1:15) dan tingkat kelangsungan hidup lebih baik (85% vs 75%) pada metode terintegrasi menghasilkan berat panen lebih tinggi (21.25kg vs 18.75kg per siklus) dengan harga jual lebih baik (Rp 200.000/kg vs Rp 180.000/kg). Walaupun laba bersih per siklus masih negatif untuk kedua metode, proyeksi jangka panjang metode terintegrasi menjanjikan pada tahun ke-3 diperkirakan mencapai laba Rp 21.04 juta/tahun (ROI +18%), sementara metode tradisional tetap rugi.

Dari perspektif keberlanjutan, praktik silvofishery terbukti meningkatkan ketersediaan pakan alami dan mendukung konservasi. Rehabilitasi mangrove yang digalakkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik sejak 2022 menemukan mitra strategis dalam model ini. Selain mengurangi biaya pakan 25-30% melalui pemanfaatan sumber daya alami mangrove, pendekatan ini menghasilkan produk berkualitas tinggi (lemak dorsal 8-12%) yang bernilai pasar lebih baik dan dampak lingkungan positif (zero-waste, serapan karbon).

Implementasi optimal memerlukan strategi dinamis, seperti penyesuaian rasio pakan buatan-alami berdasarkan musim (70:30 kemarau, 50:50 hujan) dan pemilihan spesies mangrove unggul seperti Avicennia marina yang menghasilkan detritus dengan rasio C/N ideal (18-22). Teknologi pendukung seperti sensor IoT untuk memantau konsumsi pakan dan kualitas air secara real-time dapat meminimalkan risiko overfeeding dan mempertahankan produktivitas.

Meski menjanjikan, beberapa tantangan perlu diwaspadai, terutama fluktuasi salinitas (±5ppt) dan predasi alami (5-10%) pada sistem silvofishery, serta risiko keracunan amonia (25%) dan wabah penyakit (30-40%) pada sistem tradisional. Penguatan kapasitas petambak dalam manajemen tambak terintegrasi dan adaptasi teknologi menjadi kunci.

Program Dospulkam IPB University ini diharapkan menjadi katalisator transformasi budidaya kepiting di Ujung Pangkah. Dengan mengedepankan kombinasi inovasi pakan buatan, integrasi ekologis melalui silvofishery, dan pendampingan berkelanjutan, model ini menawarkan jalan menuju peningkatan produksi, pendapatan masyarakat, sekaligus pelestarian ekosistem mangrove pesisir yang vital bagi masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *